Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri. Urutan proses pengawetan kering hewan dengan taksidermi ini sudah saya postingkan pada artikel di sini.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi kepada para pembaca blog saya yang sederhana ini mengenai teknis pengerjaan pengawetan hewan dengan cara pengeringan ini lebih detail disertai foto kegiatan yang pernah saya lakukan mudah-mudahan bermanfaat (foto-foto ini saya ambil kebetulan dapat job/order/terima jasa pengawetan hewan kering dari seseorang yang sangat menyayangi hewan tersebut. Hewan tersebut adalah seekor anjing yang sudah berusia 15 tahun (mati karena usia).

Berikut tahapan proses pengawetan hewan dengan cara pengeringan/taksidermi :
  1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan. (Foto A atau Foto B)
  2. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini). (Foto B)
  3. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit). (Foto D,E, F)
  4. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya. (Foto G)
  5. To be continue.......................
Foto A



Foto B



Foto C



Foto D



Foto E



Foto F


Foto G

No.
Nama Kegiatan
Waktu dan Tempat
Penyelenggara/
Peserta

1.
Pelatihan/training Produksi laboratorium ”Bioplastik”
Lampung, 2004
FMIPA Universitas Lampung

2.
Pelatihan Pengelolaan dan Pengembangan Laboratorium IPA dalam rangka A1
Jakarta, 2005
Universitas Islam As-Syafi’iyah

3.
Manajemen Laboratorium Sekolah dan Training Produksi Laboratorium “Bioplastik”
Banten, 2007
SMP/SMA La Tansa Banten

4.
Diklat Pembuatan Awetan dengan Menggunakan Media Gliserin
Banten, 31 Januari 2009
SMP/SMA La Tansa Banten

5.
Seminar Nasional dan Temu Alumni “Pelatihan Pengawetan Hewan dan Tumbuhan
Bandung, 16 Juli 2009
Biologi FPMIPA UPI

6.




7.


8.




9.




10.
Kursus Singkat, Taksidermi
(per orang)



Pelatihan/training ”Bioplastik”


Pelatihan Bioplastik




Pelatihan Bioplastik dan Taksidermi




Biologi Universias Indonesia
Bandung,
Biologi UPI,
14 Januari 2010
Banten, 21 Maret 2010

Biologi UPI,
Oktober 2010
Biologi UPI,
21 Des '11

Mas Satria, Mahasiswa Jurusan Seni Rupa ITB



SMA Santa
Carolus Surabaya

SMA Nurul Fikri Boarding School



MGMP Guru IPA Kabupaten Bogor, Wil Barat dan Timur.
Biologi UPI

Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu

Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja).

Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus hidupnya.

Alat dan Bahan yang Diperlukan

  1. Cetakan dari bahan stainles atau permukaan halus dan kuat, misalnya kaleng wadah bekas, tatakan.
  2. Gelas pengaduk dari plastik dan sendok pengaduknya
  3. Girinda dengan batunya/amplas dari nomor 100 sampai 1500
  4. Poliester resin
  5. Katalis (etil metil keton peroksid 50%)
  6. Styren
  7. Pengkilat permukaan (kit)
  8. Braso/san poly, pengkilap logam
  9. Compound kuning
  10. Kain halus
  11. Kikir tangan
  12. Detergen
  13. Bahan-bahan yang akan diawetkan dari hewan atau tumbuhan atau objek lainnya.
Cara Kerja

A. Persiapan 

Menentukkan bahan yang akan diawetkan (tumbuhan/hewan), kalau tumbuhan ada proses pengeringan, dan kalau hewan ada proses pematian spesimen serta pengeringan.
  1. Mematikan Spesimen
  2. Pengeringan Spesimen
  3. Pembuatan Label
  4. Pembuatan Cetakan
  5. Bahan/spesimen yang akan diawetkan, dipilih bentuk dan ukurannya
B. Penanaman dengan Resin (..B)
C. Penghalusan dan Pengkilapan

Perhatikan hewan kelompok A dan kelompok B di atas ...
Dari kedua gambar di atas sekilas nampak tidak bisa dibedakan mana hewan yang sudah diawetkan dan mana yang belum diawetkan. Kelompok hewan A adalah hewan yang masih hidup, sedangkan kelompok B hewan yang sudah diawetkan dengan proses yang disebut taksidemi.

Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil, burung, dan mammalia. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa). Pengetahuan tentang kulit ini, sering dipakai sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, dan juga untuk menunjukkan bemacam-macam varietas yang terdapat di dalam species.

Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit), stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet/pajangan (penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).

A. Alat dan Bahan yang Diperlukan
  1. Bak bedah, misal dengan ukuran 50 x 50 cm, dengan tebal 2 cm
  2. Gunting, gillete, pincet,
  3. Alat-alat pembius (kapas, desicator/penyungkup)
  4. Kawat, jarum jahit, dan benang.
  5. Chloroform
  6. Kapuk/kapas
  7. Boraks/tepung tawas
  8. Formalin, dan
  9. Air
B. Urutan Proses Pembuatan Taksidermi
  1. Penangkapan/Penentuan/Pengumpulan spesimen
  2. Pematian Spesimen
  3. Skinning (pengulitan)
  4. Preserving (pengawetan kulit)
  5. Stuffing (pembentukan)
  6. Mounting /opzet/pajangan. Bila sudah kering, letakkan mereka sesuai dengan kebiasaan pada waktu hidupnya. Misalnya dalam posisi berdiri, duduk atau terbang untuk memperlihatkan tingkah laku hewan tadi di alam. Perhatikan beberapa contoh mounting seperti ini.
  7. Pemeliharaan. Pemeliharaan spesimen yang ditaksidermi dengan cara menghindarkan dimakan serangga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan koleksi dalam tempat penyimpanan yang selalu bersih dan tidak lembab. Dapat juga dengan memberikan obat insektisida. Para- dichloro-benzena atau napthalin/kamper (kaper barus) ke dalam lemari atau kotak penyimpanan spesimen.

;;

Search by Gooogle